Karyawan Bingung, Beberapa Pemilik Toko Ngaku Tak Akan Merumahkannya
Kebakaran hebat yang menghanguskan belasan toko di Jl Jenderal Ahmad Yani depan Sagu Indah Plaza (SIP) Jayapura itu bukan hanya mengakibatkan kerugian bagi para pemilik toko, tetapi juga para karyawan toko tersebut.
Laporan Rambat S Handoyo, Jayapura

Sudah 2 hari ini, Rita, salah seorang karyawati Toko Matahari Jayapura yang turut ludes terbakar itu hanya bisa berdiam diri di rumah kosnya di Paldam, Jayapura Utara.
Tidak banyak yang ia bisa lakukan, kecuali hanya pasrah saja menerima kenyataan bahwa tempat kerjanya sudah terbakar. Dan, tentu saja, ia kehilangan pekerjaannya yang telah ditekuni cukup lama itu. "Perasaan gimana e? Ya tentu sedih, apalagi biasanya ada kesibukan kerja, tapi sekarang tidak ada," kata Rita kepada Cenderawasih Pos, Rabu (13/1) kemarin.
Ia baru mengetahui tempat kerjanya itu ludes terbakar saat bangun pagi, setelah melihat handphone ternyata banyak temannya telepon dan SMS memberitahukan kejadian itu, tapi saat itu ia tertidur di kamar kosnya. "Saya langsung lihat ke toko, ternyata sudah habis," ujarnya.
Ditanya rencananya setelah tempat kerjanya terbakar? Rita tampaknya bingung. Apalagi, belum ada kepastian dari pimpinan tokonya. "Masih bingung mas, karena belum ada kepastian. Ya, mungkin bos masih shock dengan kejadian itu," ungkapnya.
Hanya saja, ia berharap segera ada kepastian nasibnya, apakah masih lanjut bekerja di toko tersebut atau dirumahkan. Apalagi, sebagai anak kos tentu membutuhkan biaya sehari-hari, sehingga ia berpikiran untuk mencari jalan dulu sambil menunggu keputusan dari pimpinan toko tersebut.
Apalagi, teman-temannya yang senasib dengannya juga mengakui akan mencari pekerjaan lain sambil menunggu kejelasan nasibnya dari pimpinannya.
Sudah 2 hari ini, ia berdiam di rumah kosnya. Aktivitasnya lebih banyak di rumah dan sering SMS dengan teman-temannya. "Saya menunggu bos dulu, apakah diberhentikan dulu khan belum tahu. Apakah nantinya akan dibangun lagi juga belum tahu, kalau dibangun tentu butuh waktu lama. Paling tidak, ada segera ada keputusan termasuk pesangonnya," katanya.
Senada diungkapkan Sarah, karyawati Toko Matahari yang tinggal di mess toko yang berada di belakang Pomdam Kloofkamp ini. Ia juga belum ada kepastian soal nasibnya pasca terbakarnya toko tempat ia bekerja itu.
"Belum ada kepastian, karena bos belum memberitahu kita mau dikemanakan," kata Sarah yang sudah bekerja selama 7 tahun atau sejak tahun 2002 di Toko Matahari tersebut.
Ia juga merasa sedih melihat toko itu terbakar karena ia sempat melihat api melalap tempat kerjanya itu. Meski demikian, ia berharap pimpinan dapat memberikan pesangon jika memang dirumahkan sementara. "Memang belum ada kepastian, ya saya harap ada pesangon," ujar perempuan asal Palopo tersebut.
Sementara itu, Herman, pengawas Toko Matahari menambahkan ia juga belum mendapatkan informasi dari pimpinannya terkait nasib karyawan yang mencapai 40 orang lebih termasuk dirinya. "Informasinya, memang mau dibangun lagi, namun kapan belum tahu. Nasib karyawan juga belum tahu masih menunggu bos," ujarnya.
Herman yang sudah 15 tahun bekerja di toko itu menuturkan, saat kejadian, ia sempat ditelepon bos yang tinggal bersama dengan istri dan seorang anaknya di rumah yang ada di Lantai II Toko Matahari tersebut, sehingga ia bergegas datang ke toko. Namun, saat ia tiba di toko, api sudah membesar dan sampai membakar Apotek Sinar Bahari, sehingga sudah tidak ada lagi kesempatan menyelamatkan barang-barang di toko tersebut. "Semuanya, sudah panik. Pintu dikunci dari dalam, tapi api merambat melalui belakang toko," imbuhnya.
Sementara itu, pemilik Toko Matahari, Hendrik Hilton belum dapat dikonfirmasi. Dihubungi beberapa kali ke nomor HP-nya, tidak diangkat, begitu juga saat Cenderawasih Pos mendatangi gudangnya di Entrop, juga belum berhasil menemuinya, karena sedang pergi.
Kebakaran itu juga dirasakan oleh pemilik Toko Bangunan Timur Jaya, Husen. Ditemui di Toko Bina Makmur, milik anaknya yang ada di samping Kuwera Jaya, Husen mengetahui kebakaran itu sekitar pukul 02.30 WIT. "Saya tidur di rumah dan ditelepon, sehingga langsung ganti baju dan ke toko hendak menyelamatkan berkas-berkas yang penting, ternyata tiba di toko api sudah membakar atap, sehingga tidak ada yang bisa diselamatkan," jelasnya.
Ia belum bisa memastikan kerugian yang dialaminya dalam musibah kebakaran itu, karena ia masih menghitungnya. Hanya saja, perkiraannya kurang lebih Rp 1 miliar. "Saya belum tahu pasti, masih menghitungnya. Syukur saya asuransikan dan saya sudah laporkan ke asuransi," ujarnya.
Soal nasib 11 karyawannya, Husen mengakui tidak merumahkan mereka. Tetapi masih tetap bekerja, termasuk untuk mengawasi tokonya tersebut. "Saya belum tahu, apakah cari tempat baru. Yang penting terus berusaha saja, jangan menyerah, jika berhenti tentu kasihan nasib karyawan saya yang sudah berkeluarga dan punya anak," katanya.
Anak pemilik Toko Tiga Jaya, Santo mengakui hanya memiliki 2 karyawan. Namun, sementara kedua karyawannya dirumahkan sambil menunggu setelah kebakaran selesai. "Jika buka lagi, saya akan panggil untuk kerja dan gaji tetap kami berikan, kasihan mereka bekerja untuk keluarganya," katanya.
Santo sebelumnya mengungkapkan kebakaran itu mengakibatkan pihaknya mengalami kerugian ratusan juta. Hanya saja, toko tersebut sudah diasuransikan di Jasaraharja. "Sedih sekali rasanya, karena tidak menyangka akan terbakar. Untung saja, diasuransikan dan untuk klaimnya sedang diurus," imbuhnya. (**/fud)