Ada bukti kekerasan benda tumpul di tubuh Ardiansyah. Namun dia mati karena tenggelam

ardiansyah-matra-is-wartawan-tv-meraukeVIVAnews - Kepolisian mengumumkan hasil otopsi jenazah wartawan TV Merauke, Ardiansyah Matrais. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Wachyono, menyampaikan hasil otopsi itu Selasa, 21 September 2010, di Jayapura.

Kesimpulan otopsi Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri di Makassar menyatakan, pertama, Ardiansyah telah meninggal 36 sampai dengan 48 jam pada saat diperiksa jasadnya, atau sekurang-kurangnya 6 jam setelah makan terakhir. Untuk diketahui, jasad Ardiansyah ditemukan tewas di Sungai Maro pada 29 Juli 2010.

Hasil otopsi kedua adalah, ditemukan tanda kekerasan pada pangkal tulang iga ke dua kiri depan yang merupakan hasil kekerasan benda tumpul. Ketiga, pada pemeriksaan luar dan tanda pembendungan (kongestif) pada pemeriksaan histopatologi jaringan adalah sesuai dengan tanda mati lemas (asfiksia). Hasil pemeriksaan getah paru positif menyatakan korban masih hidup sebelum masuk ke air (tenggelam) sehingga sebab kematian korban adalah tenggelam yang mengakibatkan mati lemas (asfiksia).

Namun polisi menyatakan, kekerasan benda tumpul dapat saja terjadi pada korban tenggelam yang melompat dari jembatan atau bukit, di mana badan dapat bersentuhan dengan batu di bawahnya atau dengan air itu sendiri sehingga dapat menyebabkan cedera ringan hingga patah tulang rusuk, tulang dada, tulang belakang serta merobek jantung dan paru-paru.

Beberapa waktu lalu, Wakil Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Untung Yoga Ana mengatakan hasil otopsi polisi menunjukkan ada indikasi Ardiansyah meninggal akibat penganiayaan.

Hasil otopsi tersebut serupa dengan hasil investigasi awal tim Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jayapura dan AJI Indonesia yang mengumpulkan bukti-bukti kematian Ardiansyah di lapangan. Antara lain, wajah korban bengkak, giginya rompal, pada leher terdapat bekas jeratan, dan pada sebagian tubuh korban terdapat bekas pukulan benda tumpul.

AJI juga menemukan bahwa korban menerima SMS ancaman pembunuhan dari pihak tak dikenal. SMS serupa juga diterima sejumlah jurnalis di Merauke. (Laporan Banjir Ambarita, Jayapura | sj)