Kembalinya Nicolaas itu merupakan hasil kerjasama antara Kelompok independen pendukung keutuhan Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia - "Independent Group Supporting The Autonomous Region of Papua with The Republic of Indonesia" (IGSSARPRI) dengan Pemerintah Republik Indonesia. Hal itu disampaikan Ketua Dewan Penasehat "Independent Group Supporting The Autonomous Region of Papua with The Republic of Indonesia" (IGSARPRI) Franzalbert Yoku di Jayapura, Selasa (12/01) sehubungan dengan telah kembalinya tokoh OPM Nicolaas ke Tanah Air Indonesia.

"Nicolaas sudah tiba di Jakarta pada Senin (11/01) dan kini masih istirahat beberapa hari ini Jakarta sebelum terbang ke Tanah Papua," kata Franzalbert Yoku.

Dia mengatakan, dari Belanda, Nicolaas didampingi antara lain anggota pengurus IGSSARPRI yakni Adolf Hanasbey dan Fibiolla Ohee.

Franzalbert mengatakan, tokoh OPM ini akan mengisi sisa-sisa hidupnya di tanah kelahirannya sendiri di wilayah Jayapura khususunya Kota Jayapura.

Nicolaas memang sudah sangat rindu pulang ke kampung halamannya apalgi pada Maret 2009 lalu, dia bersama dua anaknya menyempatkan diri mengunjungi kampung kelahirannya di Pulau Kayu yang terletak berhadapan langsung dengan Kota Jayapura.

Pada Maret 2009 lalu, Nicolaas setelah mengunjungi Tanah Papua dan hendak kembali ke Belanda menyempatkan diri beraudiensi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta. Adapun agenda penting yang disampaikan kepada Presiden di Istana Merdeka ketika itu adalah Strengthening institutional capacity building - langkah-langkah yang perlu ditempuh agar dapat menguatkan, melengkapi dan menyempurnakan struktur dan system dimana Papua di bawah Pemerintahan Otonomi Khusus (Otsus) sesuai amanat UU Nomor 21 Tahun 2001 dapat memberikan pelayanan prima sebagaimana diharapkan rakyat Papua.

"Suatu bentuk dan system pemerintahan daerah yang benar-benar memenuhi aspirasi dan kebutuhan politik masyarakat Papua yang juga mampu memperkuat dan menjaga integritas Bangsa dan Negara Indonesia namun tidak mengorbankan rakyat Papua," kata Franzalbert Yoku mengutip pokok pemikiran tertulis Nicolaas.

Agenda lain adalah komitmen bersama untuk memerangi dan memberantas korupsi di seluruh tanah Papua secara sungguh-sunguh. Nicolaas telah mendapat banyak informasi mengenai praktek korupsi yang merajalela di tanah Papua.

Korupsi justeru semakin memiskinkan rakyat Papua dan merusak moralitas orang Papua pada khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya. Informasi tentang praktek korupsi tidak hanya didengarnya di Negeri Belanda tetapi juga selama berada beberapa hari di Jakarta sebelum terbang ke Papua.

Nicolaas Jouwe menyatakan dirinya berpandangan `a more equitable wealth-sharing arrangement ` antara Papua dan Jakarta perlu dibahas dengan tujuan menciptakan sebuah formula baru yang saling menguntungkan dan tidak merugikan pihak manapun juga. Papua harus secara sadar dan rela ikut memperhatikan dan mendukung kepentingan nasional dan daerah lainnya di Indonesia dimana dari segi sumber daya alam kurang menguntungkan namun pada saat yang sama sumber daya alam Papua harus benar-benar dikelola untuk peningkatan kesejahteraan rakyat Papua, katanya.(ant/waa)